Jumat, 04 Maret 2011

Ambalat

kasus Ambalat yang ditandai dengan provokasi Malaysia atas wilayah perairan Indonesia di utara Kalimantan Timur, sebagai salah satu bentuk lemahnya Indonesia dalam memelihara wilayah perbatasannya dengan negara tetangga.

Provokasi Malaysia dengan mengirim kapal-kapal perangnya melewati perairan Indonesia di Blok Ambalat itu, merupakan sebuah taktik diplomasi yang menuntut kita untuk segera membicarakan masalah Ambalat dengan malaysia.

sebenarnya masalah ini tidak harus diselesaikan dengan kekuatan militer, meski Malaysia sendiri sudah melakukan provokasi militer dengan menyeberangi kapal-kapal perangnya melewati perairan Ambalat.

Dalam beberapa waktu lalu, Malaysia berulah dengan mengusir nelayan-nelayan Indonesia dari Nunukan dan Tarakan sehingga membuat Indonesia harus menyiagakan kapal-kapal perangnya di wilayah perairan Ambalat.

 ini bukan pertama kalinya, sudah tercatat lebih dari 100 kali kapal-kapal perang Malaysia melakukan pelanggaran atas wilayah kedaulatan NKRI, sehingga membuat kapal-kapal perang Indonesia bersiaga penuh di wilayah perairan sekitar Ambalat.

Ini hanya sebuah manuver politik dalam berdiplomasi, bukan cara Malaysia mengibarkan bendera perang dengan sesama negeri serumpun Melayu. Provokasi Malaysia hanya sebuah taktik dalam berdiplomasi semata, sekarang bagaimana dengan kita (Indonesia) menyikapinya

Ia menegaskan, jika Indonesia kalah dalam diplomasi soal Ambalat maka nasib Blok Ambalat tidak akan jauh bedanya dengan Sipidan dan Ligitan yang diklaim Malaysia sebagai bagian dari teritorinya.

Dalam kasus Sipadan dan Ligitan ini, Indonesia kalah dalam sidang Mahkamah Internasional di Den Haag, negeri Belanda pada 2002, sehingga kedua pulau terluar di utara Pulau Kalimantan itu jatuh ke tangan Malaysia.
Ironis sekali..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar